Kuliah di Kapitulis

Kuliah di Kapitulis

 



Sarapan pagi dan puding air putih. Itu hanya lelucon. Sebab yang sebenarnya sarapan pagi kali ini sederhana. Apalagi banyak tulisan yang belum tuntas dikerjakan. Sungguh bingung dan membingungkan. Sebab, belum selesai satu ide, muncul ide lain.

Apalagi sekarang sedang ada zoom dengan rekan-rekan Satupena se-nusantara. Acara ini sudah dimulai dua hari lalu. Ini hari ketiga duduk dengar ceramah dari pakar bahasa Ivan Lanin dan Zarry Hendrik. Semua penulis hebat dan kece sekarang ini.

Dari "Sabang" Terbang ke Merauke

Dari "Sabang" Terbang ke Merauke



Satu hari menjelang terbang ke Papua, Anggota Kontingen Aceh disibukkan dengan banyak aturan. Maklum negeri sedang dilanda Covid-19. Selain harus mengikuti protokol kesehatan, juga banyak prasyarat untuk menjadi anggota sebuah penerbangan

Jumat (24/9/2021), satu hari jelang terbang ke Papua, sebagian anggota Kontingen Aceh yang berangkat harus menjalani PCR alias polymerase chain reaction. Surat PCR ini menjadi kartu sakti buat setiap individu yang hendak berpergian dengan jasa penerbangan udara.

Karena tugas liputan dan pendampingan atlet yang berlaga di PON XX Papua, saya juga harus mengantongi surat tersebut. Makanya, sejak pukul 8.45 saya sudah ada di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Pemerintah Aceh. Cukup lama juga saya berwara-wiri di sini.

Selain official, atlet yang satu rombongan dengan saya juga melakukan hal yang sama. Dari serangkaian agenda yang tersisa, PCR ini menjadi agenda penting pada hari penuh berkah ini. Menurut data di Google Maps , saya berada di Labkesda dari pukul 9.13-10.30.

Selesai urusan, saya ke Terminal Batoh, mengambil barang di Simpati Star dan kemudian ke gudang Simpati Star di kawasan Lueng Bata. Ada kiriman barang cetakan dari Medan. Tidak lama di sini, dari pukul 10.51 - 11.01 WIB.

Kemudian saya tancap gas ke kawasan kota. Tepatnya, di Merduati atau dekat-dekat dengan lapangan Blang Padang. Saya mengantar barang serta berkas. Semuanya harus dituntaskan hari ini. Karena sekira satu jam lagi bakal Jumatan. Saya tidak lama di sini dari 11.09 - 11.15 WIB.

Dari sini, saya lari ke kantor KONI Aceh untuk mengambil ID Card. "ID Card ini akan discan di sana. Bila namanya sudah terdaftar, cukup mudah aksesnya. Sangkutin aja di tas jinjing," ujar Bardan Sahidi. Dia anggota DPR Aceh yang juga mantan Ketua Asosiasi Futsal Aceh serta pengurus KONI Aceh. Saya di sini, dari 11.19 - 12.04.

Kemudian, saya pulang ke rumah. Dan bersiap-siap menuju Jumat. Sejak tiba di rumah, selesai shalat Jumat dan makan siang lalu, berangkat lagi tercatat dari data Google sejak pukul 12.23 - 14.12 WIB. Tujuan selanjutnya adalah mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak Banda Aceh.

Saya berada di sini dari 14.39 WIB dan keluar 15-11 WIB setelah urusan beres dan kelar. Saya boleh bernafas lega, meski kemudian harus bermasam muka lagi karena urusan aplikasi pajak.

Tujuan selanjutnya ke mengunjungi Kantor DPRK Banda Aceh. Ini masih ada kaitan dengan barang cetakan tadi. Lagi-lagi Google memberi data, bahwa saya berada di sana sejak 15.18 WIB hingga 15.38 WIB.

Selesai masalah di sini, saya berencana menonton pertandingan Persiraja Banda Aceh melawan Persipura Jayapura dalam lanjutan Liga 1 musim 2021-2022. Saya pun langsung berangkat ke Warkop SMEA. Saat saya tiba di sana skor sudah 1-1.

Seperti biasa, bila sudah ke Warkop ini, banyak teman dan kolega. Salah satunya youtuber Syahreza, pemain bola dan pelatih SSB. Di meja luar ada steemian Syukran Jazila.

Meski kerja depan laptop, tapi pendengaran di arahkan ke layar besar. Kebetulan duel klub barat dan timur Indonesia itu sedang jeda babak pertama. Skor masih sama kuat 1-1. Selesai shalat Ashar, saya melanjutkan lagi menonton.

Hingga kemudian, semua menjadi loyo, saat Persipura mencetak gol kemenangan 2-1. Suasana yang semula riuh, mendapati sunyi, seperti suasan malam di kuburan. Hingga 45 menit babak kedua kelar. Skor tidak berubah. Pasukan Jackson Tiago menang. Papua senang.

Selesai itu, saya pun menlanjutkan menulis berita hingga tak terasa hari sudah menanjak senja. Kata polem Google saya berada di kantin SMEA dari pukul 15.55-18.03 WIB. Lalu saya pulang ke rumah.

Selesai shalat magrib, saya cek steemit serta memperbaiki aplikasi pajak yang rusak. Tidak berhasil. Dari 18.30 hingga 20.01 saya di rumah. Setelah itu berlanjut ke acara Pelepasan Kontingen Aceh Menuju PON Papua di Anjong Mon Mata Banda Aceh. Saya tiba di sana pukul 20.19.

Baru pukul 22.36 acara selesai. Semua bubar. Harus istirahat, karena besok akan melanjutkan perjalanan ke Papua sejuah 5.100 kilometer. Bila terbang tanpa transit butuh waktu tujuh jam untuk mendarat di tanah Papua. Begitulah kegiatan saya sepanjang hari, yang sedang menyusun rencana dari Sabang ke Merauke.

Ternyata, dari sampai Sabang sampai Merauke bukan berjajar pulau-pulau, tapi bagi saya dari Sabang sampai Merauke berjejer urusanEntahlah.

Steemit: Agenda Padat Sebelum Berangkat ke Papua

Steemit: Agenda Padat Sebelum Berangkat ke Papua

 


Agenda berangkat ke Papua, tak bisa ditunda. Apalag di cancel. Selain sudah menjadi bagian dari tugas yang dibebankan kepada kami, juga menjadi kewajiban untuk meliput Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.


Untuk asalan itu, sejak pagi Selasa (21/9/2021) sebelum ayam berkokok saya sudah mempersiapkan diri. Agendanya banyak dan bisa jadi makan waktu. Pertama, ke kantor Polsek Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Mengambil surat keterangan kehilangan KTP. Sehari sebelum ke Polsek, saya sudah siapkan surat-surat pendukung.

Makanya, kegiatan pagi itu jadi lemplang. Setelah mengantongi surat keramat dari Polses, saya langsung meluncur ke kawasan Lambaro. Di sana, kantor Dinas Kependudukan Kabupaten Aceh Besar. Dengan bekal, surat sakti Polsek, foto kopi kartu keluarga, saya mengurus KTP baru.

sept1.jpeg
sept.jpeg

Di depan kantor Disduk Aceh Besar di Lambaro

Pukul 9.52, menurut dokumen foto, saya sudah tiba dinas tersebut. Ada belasan pengunjung yang antre. Menanti dua menitan. Gilaran saya masuk. "Mau cetak ulang KTP, yang lama sudah hilang," langsung saya sebutkan sebelum pertugas bertanya.

Sekilas dia membolak-balik berkas. "Foto kopi KK ada,? tanya dia. Tentu, dengan sikap saya sodori ke dia. "Silakan ditunggu sebentar, nanti kami panggil...," perintah dia.

Hanya menunggu 10 menitan. "Munaward Is....," teriak seorang petugas cewek sembari menyerahkan kepingan KTP baru. "Terima kasih," ucap saya sedingin mungkin.

Lalu, 13 menit kemudian saya urusan di Disduk. Urusan cepat. Yang tak bisa cepat adalah memikirkan di mana tercecernya KTP sebelumnya. Sejak hari Minggu saat Meet-up dengan CR Steem SEA, pikiran saya tidak penuh di sana. Sebagian menerawang memikirkan KTP.

Mengurus identitas kependudukan itu untuk memperlancar urusan keberangkatan ke Papua juga. Selain menjadi pegangan saat beruruan dengan perbankan. Berkas itu semua sudah aman. Saya pun segera pulang ke rumah menyimpan berkas-berkas kependudukan.

sep2.jpeg
Bersama Bachtiar Hasan, Ketua Pelatda KONI Aceh

Pukul 10.43 saya sudah di Kantor KONI Aceh. Mencari informasi dan kabar keberangkatan. Memang, tanggal berangkat sudah pasti, tapi jadwal untuk PCR belum keluar. Saat berselisihan dengan Bachtiar Hasan, Ketua Pelatda KONI Aceh, dia mengatakan, pas sekali.

"Lagee peureulee, siat treuk na pelepasan atlet Judo dan Panjat Tebing ke Papua. Tinggai ta preh trok Abu Razak," ujar Bachtiar kepada saya. Abu Razak adalah penggilan akrab H Kamaruddin Abubakar, Ketua Harian KONI Aceh.

Sambil menunggu Abu Razak datang, saya diminta petugas bagian keberangkatan untuk mengambil atribut kontingen. Ada satu tas yang berisi, baju, sepatu, topi, handuk, syal dan lainya.

sep3.jpeg
Serimoni pelepasan atlet Judo dan Panjat Tebing

Menjelang pukul 11 siang, acara pelepasan atlet PON dari cabor Judo dan Panjat Tebing berlangsung. Abu Razak berpesan, agar para atlet tetap mematuhi protokol kesehatan. Jangan sampai saat PCR positif. Karena bisa dilarang bertanding.

Kemudian, dia juga meminta para atlet untuk paham dengan kondisi Papua. Bila ada kekurangan di akomodasi, konsumsi dan lainnya, jangan jadikan itu sebagai sebuah masalah yang membuat kita gagal tampil maksimal. "Anggap saja kita sedang berada di medan perang. Lhok limbok, meuleuhop itu biasa," tukas Abu Razak.

sep4.jpeg
Foto bersama pengurus dengan semua atlet

sep5.jpeg
Bersama atlet Judo

Lalu, para atlet pun ikut sesi foto bersama di depan kantor KONI. Saya mengajak atlet untuk foto di depan GOR KONI Aceh. Hampir 30 menit di sini. Lalu, saya ke Bank Aceh untuk urusan cek rekening koran sekalian print. Baru kemudian berlanjut ke kantor Dispora Aceh.

Pukul 12.15 saya langsung pulang ke rumah. Karena, anak sulung saya, Fathie RM masuk sekolah siang. Selesai mengantar dia sekolah, saya shalat Zuhur dan dilanjutkan makan siang. Di sela-sela itu, saya janjian dengan salah seorang kepala dinas di Banda Aceh. Kami janjian jumpa jam dua siang.

Akhirnya, jam dua lewat saya langsung tancap gas ke Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB). Menunggu sejenak. Lalu bertemu dengan Ibu Cut Azharida. Ada program percetakan yang harus dituntaskan sebelum saya berangkat ke Papua.

Hampir satu jam juga di sana. Termasuk bertemu dengan stafnya ibu Cut. Ada banyak berkas yang harus saya siapkan segera. Setelah itu, saya pun meluncurkan ke kawasan Peunayong. Awalnya bermaksud ke pecetakan Dominan di jalan Ahmad Yani. Selesai urusan baru mampir ke kantor Waspada Aceh. Hanya berjarak 150 meter saja.

sep6.jpeg
Bersama Teuku Mansursyah

sept7.jpeg
Icut dan Kia, dua jurnalis muda

Di kantor sedang ramai. Ada dua wartawan yang sedang bekerja plus dua anak magang serta seorang jurnalis senior, Teuku Mansursyah. Kami biasa memanggilnya Ustazd Mansur. Karena dia orangnya alim, santun serta berperawakan santriawan.

Saya juga tak lama di sini. Setelah basa-basi canda-candi, pamit harus segera diucap. Kembali waktu jemputan anak sekolah sudah berdetak. Sebelum jam empat sore, anak sudah pulang sekolah. Tiba di rumah, adiknya sudah siap-siap berangkat ngaji. Fathie juga. Tanpa ganti baju, keduanya langsung pergi.

Berhubung waktu shalat Ashar sudah tiba, saya mengetik beberapa berita. Terutama berita pelepasan atlet Judo dan Panjat Tebing. Sisanya berita olahraga lain, seperti kabar Pelatih Persiraja Banda Aceh, Hendri Susilo.

Sebelum jam lima sore, saya harus gerak lagi. Rencana mau beli obat batuk. Resep yang dibawa hanya foto di hape saja. Langsung saya menuju Kimia Farma terdekat. Ternyata mereka tolak resep saya. Karena, mereka tak mau difoto, maunya resep asli di bawa juga. "Karena itu obat racikan, resepnya tinggal sama kami," kata seorang pramuniaga.

Saya pun meluncur ke apotik lain. Kali ini Apotik Meurasa. Kebetulan tempat si dokter itu praktek. Di sana, kepada pegawai saya tunjukkan gawai untuk dia lihat resep yang tersimpat di foto. Kelihatannya dia tidak menolak untuk meracik obat. Sialnya, salah satu obat itu stoknya lagi kosong di apotik tersebut. Bah...

Tambah mumang saya. Saat perut mulai keroncongan, saya langsung merapat ke tempat biasa. Warung kopi Kantin SMEA. Saya rencana awal ingin mencicip mie goreng. Tiba sebelum masuk ke dalam sudah ditawari pisang rebus pakai kelapa. Saya ok kan saja.

sept8.jpeg
Pisang rebus

Ternyata, di dalam warung ada dua wartawan muda sedang serius bekerja. Salah satunya steemian, @fadhilaceh. Saat melihat pisang rebus ditabur kepala, keduanya pun suka. Minta menu yang sama, tapi tambah ketela. Kami pun asyik bicara isu-isu menarik di Banda Aceh.

Tak terasa, suara azan Magrib sudah berkumandang. Selesai shalat saya pamit. Belum pulang dulu. Tujuannya ke apotik lain mencari obat. Saya singgah di Putroe Meuraxa, di Lamteh. Saya tunjuk resep ke pramuniaga. Dia menggeleng kepala. "Tidak ada obatnya," tukas dia lagi.

Dan terakhir singgah di Apotik Nazar, di depan Masjid Ulee Kareng. Di situ pun ternyata, satu jenis obat tidak ada. Yang sudah saya pun duduk sejenak. Kebetulan ada mantan pemain bola yang membeli obat, Trombopop. Dia tanya, kapan berangkat ke Papua.

sept9.jpeg
Di depan Apotik Nazar

Tak lama kemudian, Humas KONI Aceh Qahar Muzakkar saya telepon. Ada masalah cetak majalah dan soal mandeknya aplikasi Pedulilindungi. Jam 20.30 WIB baru bertemua dia di kawasan Lamreung. Tak terasa, hampir satu jam lebih. Pukul 21.45 saya baru tiba di rumah. Makan malam, shalat Insya baru melanjutkan menulis artikel majalah sebelum larut malam.

Akhirnya, kelelahan tak bisa dilawan. Sebab, sudah terbayangkan, esoknya bakal lebih berat lagi yang harus dihadapi. Jangan sampai tugas lokal terbengkalai sebelum tugas baru bertumpuk di bumi Cenderawasih. Tetap semangat!

Learn With Steem | Meet- Up dengan Country Refresentatif

Learn With Steem | Meet- Up dengan Country Refresentatif



AWALNYA saya tidak ada agenda bertemu dengan Bang Jalal @anroja. Pukul sepuluh pagi saya hubungi beliau untuk update Kegiatan Steem Amal di Pidie. Khususnya realisasi bantuan untuk keluarga yatim piatu. Tujuannya agar bisa kami publis perkembangannya di media arus utama.

Karena satu dan lain hal, masalah tersebut belum bisa dipublis ke khalayak. Dari bincang-bincang itulah saya dikabari, kalau beliau sedang berada di Banda Aceh. Maka, ia pun mengajak meet-up dengan beberapa steemian lainnya. "Jam 2 kita jumpa di Haba Kupi, Lampriet," tukas @anroja.

Ini pertemuan saya yang kedua dengan Country Refresentatif Steemit ini. Sebelumnya, bersama @midun juga sudah pernah bertemu sekitar dua bulan lalu. Saya sudah menduga pertemuan kali ini, pasti dengan rekan-rekan steemian yang berbeda.

Tepat pukul dua siang saya sudah di lokasi. Saya celingak celinguk ke dalam semua ruang cafe. Suasananya sedikit temaran bin romatis. Tapi, wajah-wajahnya semua asing. Tidak kenal dan belum pernah lihat sebelumnya. Banyak abege yang sibuk dengan gawai dan laptop masing-masing.

Saya memilih duduk di meja luar saja. Beberapa pengunjung keluar masuk ke cafe. Belum ada yang familiar. Termasuk saat masuknya Bang Bachrum alias @acehero. Tak lama kemudian, ia keluar lagi bersama @anroja. Sejurus kemudian, dari jalan masuk sebuah sepeda motor yang pengendaranya sudah tak asing lagi. Dialah @midun.

Kami berempat pun saling sapa dan saling menanyakan aktivitas. Setengah jam kemudian, kerabat steemian lain, khususnya yang ditunggu-tunggu belum tiba. Anroja pun menghubungi. Tak lama munculnya @faratasia92 bersama @khsnlkhtmah dan @nurlayly menyusul beberapa saat kemudian.

Kami pun terlibat dalam basi-basi ala meet-up. Lalu, setelah mendapat izin dari @anroja@acehero dan @midun, akhirnya saya membuat grup WahtsApp alias WA untuk mempermudah silaturrahmi dan membesarkan komunitas steemit di Banda Aceh. "Mungkin besok lusa, anggotanya bisa 50 orang," sebut Bang Bachrum.

Tulisan tentang pertemuan itu sendiri bisa kita baca pada postingan @anroja yang berjudul Meet Up Tim Kecil Ibu Kota Untuk Harapan Yang Lebih Besar. Klik >> https://steemit.com/hive-103393/@anroja/meet-up-tim-kecil-ibu-kota-untuk-harapan-yang-lebih-besar.

Pada kesempatan itu, saya sekaligus minta dukungan dan doanya karena dapat tugas ke Papua, Khususnya di Kota Rusa Merauke. Tugas mendampingi tim PON Aceh sekaligus liputan. "Pasti akan banyak tulisan dan postingan ini," ujar Bang Anroja.

Di bawah ini foto-foto pertemuan tersebut


me3.jpeg

meet5.jpeg

meet4.jpeg

met2.jpeg
Bertemu Alkindi, Legenda Anggar Aceh

Bertemu Alkindi, Legenda Anggar Aceh



Sejak pukul delapan pagi saya sudah tiba di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Aceh. Hari ini ada perayaan Hari Olahraga Nasional alias Haornas. Haornas ke-38 ini mengusung tema: Desain Besar Olahraga Nasional Menuju Indonesia Maju.

Ini adalah liputan lapangan pertama saya dalam beberapa bulan terakhir. Karena sebelumnya, saya sudah lama tidak ke lapangan meliput sendiri. Ini bukan pengalaman baru. Tapi, saya beruntung bertemu orang "baru" yang namanya melegenda. Dialah Alkindi.

Alkindi adalah mantan atlet Anggar Aceh. Pada masa mudanya, dia melambungkan nama Aceh di kancah nasional lewat ketangkasan bermain pedang. Dia "zorro" -nya Aceh ketika itu. Bahkan dia tercatat sebagai atlet Aceh pertama yang tampil di Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Ternyata, Alkindi ikut menerima penghargaan Haornas ke-39 tahun ini. Namanya sempat tenggelam di rimba pemberitaan. Tapi, sejak lifter putri Aceh Nurul Akmal tampil di Olimpiade Tokyo 2021, Alkindi ikut terseret. Ya itu, karena dia adalah Aceh pertama yang tampil di level Olimpiade.

Baru 32 tahun kemudian, baru muncul atlet lain. Dan itu atlet putri dari cabang angkat besi. Nurul Akmal menjadi orang Aceh kedua yang bermain di event olahraga dunia tersebut. Saya sempat terbersit, mungkin sentimen Olimpiade itu, maka Alkindi ikut menerima penghargaan lagi.

Usai menerima penghargaan, saya ikut mengabadikan diri dengan sang legenda. Karena ini momen langka. Lalu, saya ajak ke salah satu ruangan di kantor Dispora Aceh untuk sebuah wawancara. Saya bersyukur dia sangat kooperatif. "Sejak pensiun saya sekarang jadi driver grab," ujar dia kepada saya.

Kindi2.jpeg
Kadispora Dedy Yuswadi, Alkindi dan Kamaruddin Abubakar, Ketua Harian KONI Aceh

Pria kelahiran Banda Aceh 6 April 1962 ini pensiunan PT PLN (Persero). "Pulang dari Seoul saya disuruh kerja oleh gubernur di PLN," ujar dia tanpa ekspresi. "Saat itu Gubernurnya Hadi Thayeb," sebut dia menjawab pertanyaan saya, siapa nama gubernurnya.

Penelusuran saya di Wikipedia Hadi Thayeb menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Aceh pada periode 27 Agustus 1981 - 27 Agustus 1986. Berangkali ada yang alpa dari memori hidupnya. Sehingga dia agak kurang tepat memberi infomasi.

Saya baru sadar saat menulis postingan ini. Semoga ketika jumpa lagi, saya bisa koreksi dan mencocokkan data prestasinya. Sebab dia juga pernah tampil di PON. PON berapa? Saya sedang melacaknya. Semoga pada postingan kedua bisa lebih detail.

Kindi.jpeg
Foto bersama: Saya foto bersama Aklindi

Tadi saya tidak bisa bercerita banyak. Sebab, ada staf Dispora Aceh yang selalu menagih -- lebih tepatnya meminta nomor rekening Alkindi untuk pertransferan penerima penghargaan. "Saya ke Bank Aceh dulu yaa..," ucapnya hendak pamit.

Saya pun berencana menyusun agenda baru bertemu lagi dengan Alkindi. Insya Allah.

Boh Aneueh

Boh Aneueh

Nenas yang sudah masuk usai dipanen


INI koleksi foto saya. Dijepret beberapa pekan lalu. Saya memang sudah lama simpan foto ini. Menanti momen untuk tayang di steemit tercintah ini. Akhirnya saya dapat space di sini. Apalagi kalau bukan di Nature Photo laman Steemit.

Khusus untuk foto di atas. Ada cerita menarik. Sempat ada yang terkecoh. Melihat foto itu dia bertanya. Mungkin karena dizoom terlalu dekat, sehingga kelihatan tekturnya.

"Ini buah apa? Ini sawit ya?" ucap seorang rekan. Ternyata dia terkecoh.

Mungkin ada sebagian tak menyangka itu adalah boh Aneueh (Aceh) alias buah Nanas atu Nenas. Nanas mempunyai nama latin (Ananas Comosus (L) Merr). Nama lain henas, kenas, honas (Batak), ganas, danas (Sunda), manas (Bali), pandang (Makasar).

Batang Nanas itu berbuah di sekitaran rumah kami. Dia tidak tumbuh sendiri. Tapi, memang sengaja ditanam. Sudah lama memang. Baru berbuah dalam sebulan terakhir. Ini buah di batang pertama. Saat ini masih ada dua batang lagi. Satu sudah berbuah tapi belum bisa panen. Sisanya masih remaja. Sedang mekar.

Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap 'sisik' pada kulit buahnya) yang dalam perkembangannya tergabung—bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga majemuk—menjadi satu 'buah' besar.

Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan kemampuan memperbanyak secara seksual, tetapi ia mengembangkan tanaman muda (bagian 'mahkota' buah) yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif. nanas meningkatkan pencernaan dan mengurangi jerawat.

Buah kuning dengan daging yang berair ini tak hanya lezat, namun juga menyegarkan. Anda pun dapat menemukannya dengan mudah, baik di swalayan ataupun di pasar.

Lalu apa manfaatnya?

Dikutip dari sehat sehatq.com Nanas mengandung banyak nutrisi. Anda bisa mengonsumsi nanas secara langsung ataupun dijadikan jus. Tak kalah dengan manfaat buah nanas, manfaat jus nanas juga baik untuk kesehatan tubuh. Kebanyakan nanas memiliki rasa manis alami sehingga tak perlu lagi ditambahkan gula lagi saat dijus. Satu cangkir jus nanas tanpa pemanis mengandung 130 kalori, 33 mg kalsium, 30 mg magnesium, dan 25 mg vitamin C.

Kandungan vitamin C dalam jus nanas bahkan telah memenuhi sepertiga nilai harian yang direkomendasikan untuk wanita, dan seperempat yang direkomendasikan untuk pria. Selain itu, jus nanas juga mengandung 0,78 mg zat besi yang memenuhi sekitar 10 persen dari asupan harian yang direkomendasikan untuk pria. Banyaknya nutrisi yang terkandung dalam jus nanas membuatnya baik untuk kesehatan.

Beberapa manfaat jus nanas untuk kesehatan tubuh, di antaranya:

1. Memiliki sifat antiperadangan
Nanas merupakan sumber utama enzim proteolitik yang disebut bromelain. Bromelain mengandung sifat antiperadangan yang berguna dalam pengobatan cedera olahraga. Selain itu, zat ini juga dapat mengurangi peradangan, memar dan pembengkakan, serta membersihkan sel-sel yang rusak.

2. Menurunkan risiko penyakit jantung
Jus nanas mengandung vitamin C yang dapat membantu melindungi Anda dari penyakit jantung. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin C lebih tinggi dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Hal ini dapat membantu Anda untuk mencegah terjadnya penyakit serius tersebut.

3. Mencegah katarak
Vitamin C termasuk yang ada dalam jus nanas berperan penting melindungi penglihatan. Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin C lebih tinggi dapat mengurangi risiko katarak, bahkan baik sebagai pencegahan utama penyakit tersebut.

4. Membantu meningkatkan kesuburan
Jus nanas mengandung berbagai vitamin dan mineral bermanfaat, seperti folat, zinc, beta karoten, vitamin C, dan tembaga. Vitamin dan mineral tersebut bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan pada pria dan wanita.

5. Berpotensi sebagai agen antikanker
Bromelain dalam jus nanas berpotensi menjadi agen dalam melawan kanker. Zat ini bahkan dapat bekerja sama dengan kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker.
Selain itu, jus nanas juga mengandung beta-karoten yang mampu melindungi tubuh dari risiko kanker prostat dan usus besar. Akan tetapi, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk hal ini.

6. Melawan penuaan dan penyakit
Jus nanas memiliki kandungan mangan yang baik. Nutrisi ini penting untuk melawan penuaan dan penyakit dengan melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang bisa menyebabkan keduanya. Vitamin C dalam jus nanas dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Antioksidan dalam jus nanas juga dapat membantu melawan kerusakan kulit yang disebabkan oleh matahari dan polusi. Selain itu, zat ini juga mampu meningkatkan tekstur kulit secara keseluruhan, dan memudahkan pembentukan kolagen yang dapat memberi kekuatan pada kulit.

7. Mengurangi sembelit dan kembung
Jus nanas dianggap dapat mengatasi masalah pencernaan. Kandungan bromelain dalam jus nanas bisa memecah protein lebih cepat sehingga mempercepat proses pencernaan. Oleh karena itu, masalah pencernaan, seperti sembelit dan kembung, dapat diatasi.

8. Meredakan batuk
Jus nanas dipercaya dapat mengencerkan lendir sehingga lebih mudah dikeluarkan saat batuk. Nutrisi yang terkandung di dalamnya, yakni bromelain juga bisa membantu mengurangi gejala batuk. Sementara, kandungan vitamin C dalam jus nanas dapat mempercepat pemulihan.


9. Meningkatkan kekebalan tubuh
Mengonsumsi jus nanas diklaim dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini berkaitan dengan kandungan vitamin C di dalamnya. Jadi, minum jus nanas bisa membantu melindungi Anda dari infeksi virus dan bakteri yang mengintai.

10. Menjaga kesehatan kulit
Kandungan vitamin C dan beta karoten dapat membantu memperbaiki tekstur kulit, meminimalkan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau polusi, dan mendorong pembentukan kolagen. Hal ini bermanfaat dalam menjaga kesehatan kulit.

Dari sisi lain, saya melihat dari kacamata berbeda. Para seniman ukir atau desain grafis, bisa tekstur-tekstru kulit Nanas bisa menjadi inspirasi dalam berkarya. Susunan daunnya saja bisa memberi ide dalam membuat grafis.

Para seniman ukir atau lainnya bisa saja mendapat ilham dengan melihat buah Nanas dari batangnya hingga buahnya. Bisa saja kita beda persepsi. Itu lumrah terjadi.

Iftar dan Generasi Jong Aceh

Iftar dan Generasi Jong Aceh




x

SEBUAH ajakan iftar atau berbuka puasa masuk ke telepon pintar saya. Undangan tersebut masuk bakda Zuhur. Agak berat buat menjawab. Karena, selama puasa tahun ini saya fokus iftar di rumah. 

Bersama keluarga. Anak pertama saya yang berumur 10 tahun, ingin ayahnya ada di meja makan saat sirene bunyi. Itu saja.

Tapi, undangan kali ini beda. Sulit ditolak. Meski yang undang bukan pejabat atau pun wakil rakyat. Undangan ini datang dari Teuku Ade Ferdian. Pelaku dan pembina sepak bola di Banda Aceh. Dia adalah founder Jong Aceh Football Academy. Disingkat Jong Aceh FA.

Passion atau gairah saya memang ada di sepakbola. Itu sudah lama mendarah daging. Alhamdulillah dengan passion itu pula, saya akrab, dekat dengan seorang anak yang ditemukan saat bencana tsunami 2004 mengenakan baju timnas Portugal. Martunis namanya.

Kala itu, Martunis kecil seakan menjadi gambaran anak-anak di Aceh yang hidupnya akrab dengan sepak bola. Membranding seorang penyintas tsunami itu saya lakukan tanpa lelah. Framing yang saya rakit, — dibantu rekan-rekan media — yang lain, Alhamdulillah sukses mendunia. Meski kelak dia gagal menenuhi harapan. Gagal menjadi pemain bola.

Gagal bukan karena tak punya kesempatan. Tapi dia gagal memanfaatkan peluang gergasi itu. Padahal, ia bisa akrab dengan bintang sepakbola dunia, Cristiano Ronaldo dan dicintai rakyat Portugal, tapi dia gagal memanfaatkan momen langka itu. Akhirnya, semua kerja keras saya buyar. Menjadi pemain bola gagal. Kini, dia malah “terjerumus” dalam dunia pertik-tokan alias selebgram.

Itu cerita usang. Sehingga tak menarik lagi kita kupas dari sisi sepakbolanya. Tapi entah dari segmen selebgram. Mungkin saja menari, bisa juga tidak. Tergantung dari kacamata mana kita menilainya.

Tapi, cerita ditulisan ini masih tetap terkait dengan passion tadi. Ketika saya menerima undangan iftar dari pertinggi Jong Aceh FA, tak ada pilihan lain. Cuma satu kata. Ikut hadir. “Insya Allah coach,” jawab saya.

Kenapa? Karena Jong Aceh adalah salah satu akademi sepak bola. Mereka kontinue mendidik bakat-bakat sepak bola. Secara kelembagaan solid. Bahkan, pelatih level nasional, Iwan Setiawan acap menjadikan Jong Aceh FA ini sebagai role model dalam pembinaan.

Kurikulum pendidikannya mantap. Sejak dini, peserta didik — khususnya pemain bola yang masih bocah-bocah — diajarkan attitude, sopan santun, bukan sopan santuy yaa, serta konsep dasar menjadi pemain bola. “Konsep sepak bola usia muda, bukan kemenangan yang dicari,” tukas Teuku Ade Ferdian.

“Tapi, bagaimana anak-anak pada level ini bisa bergembira ria, bersenang-senang di lapangan dengan bola. Bermain dengan teman-temannya. Dan yang paling penting, kami selalu menekankan kebersamaan,” kata pria yang akrab disapa Ayah Adee ini.

Kata Adee, mereka senantiasa mengajarkan anak-anak menjaga shalat lima waktunya. Itu paling utama. Hormati orang tua. Belajar yang rajin. Sopan santun. Menghargai teman. Setia kawan. Di lapangan dan luar lapangan, mereka satu. Bak ungkapan dalam bahasa latin; gen una sumus.

Memang, istilah yang identik dengan insan catur ini berarti, “kami adalah satu keluarga”. Ya, satu keluarga itulah yang terlihat dalam acara iftar skuat Jong Aceh FA yang berlangsung di Morden Cafee Pango, Banda Aceh, Selasa 4 April 2021.

Setidaknya ada 85 pemain dari tim U-10 hingga U-17 Jong Aceh hadir mengikuti iftar. Mereka mengenakan baju berwarna putih. Mereka duduk rapi seusai dengan tingkatan usia masing-masing. Ada empat meja panjang yang dijejer. Mereka semua duduk di sana menanti berbuka.

Melihat anak-anak bola ini, banyak harapan membuncah. Bila salah dalam mendidik tak terbayangkan nasib ke depan. Apalagi di tengah kepungan game online dan ragam permainan gawai lainnya. Belum lagi godaan negatif lingkungan. Kenakalan remaja dan buaian narkoba menjadi ujian banyak orang tua.

Dengan kegiatan positif seperti sepak bola, kita berharap bisa meredam serta ngerem gempuran di media sosial yang sebagian kadung minim manfaat. Harapan kita, kalau pun kelak tak semuanya menjadi pemain bola, minimal sudah hidup dalam kegiatan-kegiatan bermanfaat.

Kecuali rombongan pemain, ada jajaran manajemen Jong Aceh FA dan tim pelatih. Ada juga tamu khusus Teungku Jailani. Ia seorang keusyik (kepala desa) yang juga kerap mengisi mimbar Jumat. Terlepas ketokohannya di masyarakat, Teungku Jailani adalah pendukung fanatik Persiraja Banda Aceh. Anaknya juga ada dalam barisan Jong Aceh FA.


Saya pribadi tak bisa akrab dengan Teungku Jailani. Tapi, ketika membahas topik sepak bola, langsung klop. Itu karena sepak bola cukup universal. Hal itu yang membuat orang-orang — termasuk saya — tertarik dengan sepak bola. Dia bisa menjadi tema obrolan paling jitu dalam bersosialisasi.

Sepak bola bisa menyatukan ragam perbedaan serta warna kulit. Saat berada di stadion semuanya bisa satu suara saat bola masuk ke gawang. Gooolll. Begitulah, prinsip gen una sumus juga terpatri di sini.

* Tulisan ini sudah tayang di Steemit untuk ikut kontes.