Dari "Sabang" Terbang ke Merauke

Dari "Sabang" Terbang ke Merauke



Satu hari menjelang terbang ke Papua, Anggota Kontingen Aceh disibukkan dengan banyak aturan. Maklum negeri sedang dilanda Covid-19. Selain harus mengikuti protokol kesehatan, juga banyak prasyarat untuk menjadi anggota sebuah penerbangan

Jumat (24/9/2021), satu hari jelang terbang ke Papua, sebagian anggota Kontingen Aceh yang berangkat harus menjalani PCR alias polymerase chain reaction. Surat PCR ini menjadi kartu sakti buat setiap individu yang hendak berpergian dengan jasa penerbangan udara.

Karena tugas liputan dan pendampingan atlet yang berlaga di PON XX Papua, saya juga harus mengantongi surat tersebut. Makanya, sejak pukul 8.45 saya sudah ada di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Pemerintah Aceh. Cukup lama juga saya berwara-wiri di sini.

Selain official, atlet yang satu rombongan dengan saya juga melakukan hal yang sama. Dari serangkaian agenda yang tersisa, PCR ini menjadi agenda penting pada hari penuh berkah ini. Menurut data di Google Maps , saya berada di Labkesda dari pukul 9.13-10.30.

Selesai urusan, saya ke Terminal Batoh, mengambil barang di Simpati Star dan kemudian ke gudang Simpati Star di kawasan Lueng Bata. Ada kiriman barang cetakan dari Medan. Tidak lama di sini, dari pukul 10.51 - 11.01 WIB.

Kemudian saya tancap gas ke kawasan kota. Tepatnya, di Merduati atau dekat-dekat dengan lapangan Blang Padang. Saya mengantar barang serta berkas. Semuanya harus dituntaskan hari ini. Karena sekira satu jam lagi bakal Jumatan. Saya tidak lama di sini dari 11.09 - 11.15 WIB.

Dari sini, saya lari ke kantor KONI Aceh untuk mengambil ID Card. "ID Card ini akan discan di sana. Bila namanya sudah terdaftar, cukup mudah aksesnya. Sangkutin aja di tas jinjing," ujar Bardan Sahidi. Dia anggota DPR Aceh yang juga mantan Ketua Asosiasi Futsal Aceh serta pengurus KONI Aceh. Saya di sini, dari 11.19 - 12.04.

Kemudian, saya pulang ke rumah. Dan bersiap-siap menuju Jumat. Sejak tiba di rumah, selesai shalat Jumat dan makan siang lalu, berangkat lagi tercatat dari data Google sejak pukul 12.23 - 14.12 WIB. Tujuan selanjutnya adalah mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak Banda Aceh.

Saya berada di sini dari 14.39 WIB dan keluar 15-11 WIB setelah urusan beres dan kelar. Saya boleh bernafas lega, meski kemudian harus bermasam muka lagi karena urusan aplikasi pajak.

Tujuan selanjutnya ke mengunjungi Kantor DPRK Banda Aceh. Ini masih ada kaitan dengan barang cetakan tadi. Lagi-lagi Google memberi data, bahwa saya berada di sana sejak 15.18 WIB hingga 15.38 WIB.

Selesai masalah di sini, saya berencana menonton pertandingan Persiraja Banda Aceh melawan Persipura Jayapura dalam lanjutan Liga 1 musim 2021-2022. Saya pun langsung berangkat ke Warkop SMEA. Saat saya tiba di sana skor sudah 1-1.

Seperti biasa, bila sudah ke Warkop ini, banyak teman dan kolega. Salah satunya youtuber Syahreza, pemain bola dan pelatih SSB. Di meja luar ada steemian Syukran Jazila.

Meski kerja depan laptop, tapi pendengaran di arahkan ke layar besar. Kebetulan duel klub barat dan timur Indonesia itu sedang jeda babak pertama. Skor masih sama kuat 1-1. Selesai shalat Ashar, saya melanjutkan lagi menonton.

Hingga kemudian, semua menjadi loyo, saat Persipura mencetak gol kemenangan 2-1. Suasana yang semula riuh, mendapati sunyi, seperti suasan malam di kuburan. Hingga 45 menit babak kedua kelar. Skor tidak berubah. Pasukan Jackson Tiago menang. Papua senang.

Selesai itu, saya pun menlanjutkan menulis berita hingga tak terasa hari sudah menanjak senja. Kata polem Google saya berada di kantin SMEA dari pukul 15.55-18.03 WIB. Lalu saya pulang ke rumah.

Selesai shalat magrib, saya cek steemit serta memperbaiki aplikasi pajak yang rusak. Tidak berhasil. Dari 18.30 hingga 20.01 saya di rumah. Setelah itu berlanjut ke acara Pelepasan Kontingen Aceh Menuju PON Papua di Anjong Mon Mata Banda Aceh. Saya tiba di sana pukul 20.19.

Baru pukul 22.36 acara selesai. Semua bubar. Harus istirahat, karena besok akan melanjutkan perjalanan ke Papua sejuah 5.100 kilometer. Bila terbang tanpa transit butuh waktu tujuh jam untuk mendarat di tanah Papua. Begitulah kegiatan saya sepanjang hari, yang sedang menyusun rencana dari Sabang ke Merauke.

Ternyata, dari sampai Sabang sampai Merauke bukan berjajar pulau-pulau, tapi bagi saya dari Sabang sampai Merauke berjejer urusanEntahlah.