Khuwailid, Talenta Aceh Yang Bersinar di Qatar

Khuwailid, Talenta Aceh Yang Bersinar di Qatar

Khuwailid Mustafa
TALENTA sepakbola turunan Aceh kembali bikin cerita menarik di negeri orang. Kali ini, dari bumi Qatar, nama Aceh kembali bergetar melalui sosok pemain bola. Dia adalah Khuwailid Mustafa (15), pemain berdarah Pidie yang lahir di Lhokseumawe.

Ayah Khuwailid, Mustafa Ibrahim ketika dihubungi Waspada melalui jejaring sosial belum lama ini mengatakan, kini anaknya bermain di salah satu klub terkenal Qatar, Lekhwiya Sport Club.

Disebutkannya, cerita Khuwailid masuk Qatar karena, Mustafa dan keluarga hijrah ke negara itu pada akhir Juni 2000. "Saat itu Khuwailid masih berumur lima bulan," ujar Mustafa yang menyebutkan, sang anak lahir pada 29 Januari 2000 itu.

Mustafa Ibrahim yang beristrikan Yulidar Syasuddin berasal dari Pidie, Sigli. Dia bekerja di salah satu perusahan di daerah setempat. Di Qatar, Mustafa dan keluarganya tinggal di komplek perumahan perusahaan Al Khor Housing Community-Qatar.

Di komplek inilah Khuwailid bersekolah dan mulai menyalurkan hobinya sebagai pemain bola. Disebutkan, pada tahun 2007, Khuwailid yang sudah telah berusia tujuh tahun mulai ikut latihan sepakbola bersama pelatih Muhammad Yunus Bani di komplek perumahan tempat di mana dia tinggal.

Karena sejak kecil prestasi Khuwailid kelihatan cukup menonjol maka ada beberapa club di Qatar menawarkan untuk ikut bergabung dengan klub mereka. Pada Januari 2008 Khuwailid ikut bergabung dengan Al Khor Sport Club.

Usai beberapa bulan latihan bersama klub, ia merasa tidak nyaman dengan klub tersebut, akhirnya Khuwailid Mustafa memutuskan untuk keluar dan kembali berlatih di komplek tempat dia tinggal.

Pada 31 Desember 2010 Khuwailid bersama timnya meraih juara satu 1st AKC Interclub di Qatar dan ia mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik. Pada saat itulah dua klub ternama di Qatar yaitu Lekhwiya Sport Club dan Al Gharafa Sport Club menawarkan kembali kepada Khuwailid Mustafa untuk segera bergabung dengan klub mereka.

Kata Mustafa, setelah penuh pertimbangan, akhirnya Khuwailid memutuskan untuk bergabung dengan Lekhwiya Sport Club. Setelah ikut bergabung dengan Lekhwiya Sport Club, Khuwailid di percaya sebagai kapten tim.

Pada Maret 2011, Khuwailid mulai mengikuti Qatar Star League yang diikuti 14 klub. Di Liga Qatar U-11 ini lagi-lagi Khuwailid menunjukkan bakatnya. "Itu Liga perdana Khuwailid," ujar sang ayah.

Dan Alhamdulillah, sambung Mustafa, tim yang dibela Khuwailid menduduki peringkat kedua diakhir kompetisi. Ternyata, prestasi apik ini mencuri perhatian dari pengurus Qatar Football Association (QFA).

Sejak tahun 2011 Khuwailid, bergabung dengan Lekhwiya Sport Club dan training di Aspire Academy seminggu lima kali. Masuknya Khuwailid ke Aspire Academy Qatar setelah mendapat rekom dari manajer klub yang menyarankan dia bergabung dan mengikuti training di lembaga itu.

Sebelum Khuwailid, pemain berdarah Aceh lainnya yang lebih dulu berkiprah di negara Timur Tengah itu adalah Syahrizal Mursalin Agri. Dia tercatat bermain di klub asal Qatar, Al-Khor Sports Club.

Syahrizal Mursalin Agri yang kelahiran Lhokseumawe, 8 Agustus 1992 tersebut, sudah berkiprah di tim junior Al-Khor sejak 2009. Ia kini jadi salah satu pemain tim senior klub yang merupakan salah satu kontestan kompetisi kasta tertinggi, Qatar Stars League.

Ayah dari pemain yang akrab disapa Farri ini, Agri Sumara sudah bertahun-tahun tinggal di Qatar. Ia bekerja di sebuah perusahaan minyak di negara tersebut. Talenta Farri ditempa di ASPIRE Academy for Sports Excellence di Doha, sebuah sekolah olahraga milik pemerintah Qatar yang membina atlet-atlet berbakat.

Saat di Aspire, Farri sempat menjalani trial di klub Inggris, Bolton Wanderers pada usia 17 tahun. Selain sebagai pemain bola, Farri juga kuliah di Universitas Stenden, Doha, Qatar. Fans Lionel Messi itu mengambil jurusan International Business Management di sana. [a]