Balada 24 Menit Mantan Idola
bola sosok
Pria bertubuh jangkung ini adalah bomber mumpuni dalam beberapa tahun belakangan. Dia menjadi penggawa yahud di depan kotak penalti. Sepakannya deras dan keras. Lantas, lakab bintang tersemat pada sosok yang akrab dengan jersey 27 itu.
Tapi, sial baginya, sejak penggantian pelatih, menit tampilnya pun menipis. Ya, musim ini menjadi semacam “puncak” karier baginya. Klimaks. Tak ada gol yang menghujam jala lawan seperti musim lalu. Sebab dia lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan.
Sinyal kariernya bakal berakhir, tercium pada laga melawan Blitar Bandung United. Bermain di pekan ketujuh Liga 2 musim 2019, Persiraja Banda Aceh sukses mengeksekusi tamunya dengan skor 2-1.
Selasa Malam 23 Juli 2019, seakan menjadi malam “permaluan” Fahrizal Dillah di depan publik Lampineung yang memadati Stadion H. Dimurthala. Pasalnya, dalam laga itu, sang bintang hanya tampil 24 menit saja.
Suami dari Kartika Maharani ini baru dimasukkan pada menit 61. Ia menggantikan Irvan Yunus Movu. Masuknya mantan tandem Cristian Bekatal saat Persiraja dibesut Herry Kiswanto itu guna menambah intensitas serangan Lantak Laju. Makanya, saat itu, Nakata dkk bermain dengan dua striker sekaligus di lini depan; 4-4-2.
Nyatanya, perjudian yang dilakukan Hendri tidak berjalan sesuai rencana dan justru membuat Blitar berhasil menyamakan kedudukan. Gol itu pada menit 70, dan itu bukan kesalahan Dillah.
Lalu, Persiraja kembali unggul di menit 78. Lantas tim pelatih sepakat untuk kembali menarik Dillah guna mengamankan kemenangan. “Makanya kita sepakat, kita bikin taktik ganti lagi Dillah, masukin (Fery) Komul,” jelas dia.
Alasannya, di beberapa menit akhir, Persiraja memakai dua gelandang bertahan sehingga hasilnya memang tidak ada lagi peluang-peluang berbahaya dari lawan.
Memang, Hendri Susilo tak layak disalahkan. Dia memilih pemain yang siap sesuai dengan taktik yang sudah dia racik. “Saya harap Dillah (Fahrizal) bermain seperti di latihan. Ternyata tidak seperti yang saya harapkan,” tukas Hendri kepada awak media.
“Malam ini secara tim (permainan) terburuk Persiraja menurut saya. Tapi dalam sepakbola yang penting hasilnya, yang penting kita menang,” ujar Pelatih Persiraja, Hendri Susilo, usai pertandingan.
Namun Hendri tidak menyalahkan pemain atas permainan buruk yang ditampilkan. Ia menilai wajar pemainnya bermain buruk setelah menjalani enam laga sebelumnya dengan intensitas tinggi dan tantangan yang berbeda.
Balada tentang Dillah tak berakhir sampai di situ. Bahkan ketika menjawab pertanyaan media dalam sesi jumpa pers sebelum laga lawan Persibat Batang, Hendri Susilo bilang begini.
“Saya jelaskan, dia (Fahrizal) indisipliner. Saya bawa ke tur tak mau, pemain cedera, dia saya panggil tak mau, why…? Itu berarti hatinya sudah nggak di…,” tukas mantan pelatih Persisam era ISL yang sengaja menggantung ucapannya.
Fahrizal sendiri tak ingin memperpanjang polemik. Putra Ubaydillah dan Rusbayani ini memilih kalem. Dia mengaku mungkin saat ini bukan “rezekinya” di Persiraja.
Memang, terlepas dari segala drama yang sedang mendera pemain kelahiran 14 April 1990. Sokongan semangat datang dari para pendukung Lantak Laju.
“Tetap semangat abang, semangat pantang menyerah demi menggapai cita-cita abang. Pohon yang tinggi akan semakin kencang pula angin di atasnya,” tulis M Reza Saputra.
“Kata-kata ini akan melekat sampai kapan pun bagi kami Skullers dan pecinta Persiraja!. Karena kita pernah berjuang bersama-sama menuju kasta tertinggi Indonesia,”
Sementara akun resmi Skull juga ikut memberi support kepada idolanya. “Terima kasih atas dedikasimu predator, sejarah akan selalu mengenangmu. Semoga ke depan kita bisa berjuang bersama lagi.” Semoga!.