Menjenguk Eks Muazin Yang Sakit
featureFoto via Steemit
Sejatinya saya tidak punya agenda lain sepanjang Sabtu pagi sampai siang. Paling di rumah saja. Jadi bapak rumah tangga. Di rumah, dari pagi saya bermain-main dengan trio jantung hati, alias ketiga anak. Ibunya masuk dinas pagi. Baru pulang jam tiga siang.
Pagi tugas saya bersama mereka. Makanya, jadilah saya bapak rumah tangga. Bukan ibu rumah tangga. Pukul 10 pagi, saya pamit ke si sulung. Ingin update berita di warung kopi terdekat. Saya satu jam lebih di sana. Belum tuntas kerja, saya harus bergerak.
Penyebabnya, pesan di satu grup WhatsApp. Tokoh muda Banda Aceh, Farid Nyak Umar ingin berkunjung ke rumah salah seorang kenalannya. Namanya Misbahuddin. Kebetulan, beliau tersebut sudah menetap di kampung kami, Desa Gla Meunasah Baro, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Saya pun langsung meluncur dengan sepeda.
Saya tidak kenal dengan Bang Misbahuddin. Kabarnya, baru dua bulan menetap di Gla. Bang Mis sakit kencing manis. Bahasa kesehatannya diabetes melitus. Isterinya baru dua bulan lalu meninggal dunia. Dia masih tercatat sebagai warga Gampong Beurawe, Kecamatan Kuta Alam.
Satu kampung dengan Farid. Farid menetap di kampung tersebut. Beliau adalah pengisi tetap ceramah Subuh di Masjid Al Furqan, Beurawe, Kuta Alam, Banda Aceh. Sejak dia sakit-sakitan dan isterinya meninggal, Misbah dirawat putri sulungnya; Rahmi Hayati.
Rahmi masih kelas XI. Dia sekolah di MAN Lamteumen. Di Beurawa, Misbah tinggal di tanah sewa. "Rumoh lon brok that -- rumah saya jelek sekali," katanya kepada saya. "Tidak layak huni, seperti kandang kambing,"
Misbah sudah tinggal di sana selama 35 tahun. "Saya sewa tanah di sana. Kerja saya pengumpul besi bekas. Kadang-kadang jual kacang. Saya antar ke warung-warung kopi," ujar pria asal Aceh Jaya ini.
Lalu, Misbah minta bantuan jamah Subuh BBC pimpinan Tgk. H. Fakhruddin Lahmuddin. Misbah sendiri jmaah tetap BBC. Setelah mencukupi syarat, maka ia pun pindah ke Gla Mns Baro. "Tanah ini pemberian kakak saya. Khusus untuk satu rumah tipe 36," sebut dia bercerita.
Ia baru dua bulan menetap di Gla Mns Baro. "Sakit ini DM mulai parah sejak Maret lalu," Sementara isterinya meninggal sudah lima bulan lewat. "Sakit paru-paru," sambung dalam bahasa Aceh.
Sejak ditinggal isteri, dia dirawat putri sulung dan anak lelaki keduanya, Muhamamd Al Haris. Haris kini terpaksa berhenti sekolah. Seharusnya dia sudah duduk di kelas 10 SMA. Sedangkan tiga putranya yang lain, mondok di Dayah An-Nur Lueng Bata.
Selain DM, Misbah tak sanggup lagi bergerak. Untuk segala urusan butuh bantuan pihak lain. Ke kamar kecil pun harus dipapah. Yang membuatnya sesak nafas, saat hendak buang hadas besar. Terkadang dia minta bantuan adik sepupunya. Kebetulan tak terlalu jauh menetap di sana.
Soal makanan, Misbah tak terlalu ambil pusing. Dia tak lagi makan makanan berat. Takut merepotkan saat hendak ke tandas. Paling banter dia makan buah-buahan.
Apalagi Rahmi juga belum mahir memasak. "Kalau masak daging belum bisa dia. Kalau daging paling dia goreng-goreng saja," kata Misbah. "Kalau masakan yang lain, paling dia lihat resep. Kadang diajarin sama Mak Wa-nya."
Dijenguk Anggota Dewan
Menjelang siang, saat matahari tepat di atas kepala, Farid Nyak Umar bertandang ke kediaman Misbahuddin. Farid bukan sosok yang asing lagi bagi dia. Pria yang akrab disapa Ustadz ini pengisi ceramah di Masjid Beurawe. Masjid yang kian populer sejak viralnya lagu "Wate Ka Sahoe" lewat olah suara Nisfun Nahar.
Kunjungan muhibah semacam ini sudah rutin dilakoni Farid. Berkunjung ke rekan lamanya, Farid memboyong buah tangan berupa sembako. Ada beras, telur, mie instan, gula, sirup dan lainnya. Ia bahkan ikut membawa sendiri. Sisanya di kami yang boyong.
Kepada Misbah, Farid berpesan untuk rajin shalat meski dalam kondisi seperti ini. Ia meminta agar tidak berburuk sangka kepada Allah SWT. Sebab, sambung Farid, Allah membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Seperti disebutkan dalam QS. Al-Baqarah:286, jelasnya.
"Cobaan itu bisa beragam. Ada sakit, ada pula bentuk lain. Termasuk jabatan," sebut Farid yang tak lain Ketua DPRK Banda Aceh ini. Misbah pun paham. Ia mengangguk kepala. Selanjutnya dialog-dialog nostalgia sesama warga.
Sebelum tepat pukul 12 siang, rombongan Farid pamit. Ia harus melanjutkan silaturrahmi lagi. Kali ke acara pesta penikahan anak mantan Kepala Dinas Badan Dayah, Usamah El Madny. Akhirnya kami pun berpisah. Saya juga kembali ke rumah.
Sambil mendayung sepeda menuju jalan pualng saya berharap bisa kembali menjenguk Misbah. Jika Allah memberikan kemudahan, saya ingin menyumbang sesuatu yang bermanfaat baginya. Saya juga menyesal. Kenapa baru tahu sekarang, setelah pembagian hewan qurban sudah dua hari lewat. Mungkin ini semua ada hikmahnya.
Semoga saya bisa bertamu lagi. Apalagi, kini sudah tinggal satu kampung.